LUMINTU - Menyulap Sampah Menjadi Berkah… |
|
Reblog From KOAPGI - 01-12-2012 |
Berawal dari keinginan dan tujuan
mulianya untuk menghidupkan kembali kerajinan anyaman di kota Tangerang
yang hampir punah, pria ramah kelahiran “kota Udang” Cirebon inipun
memulai usahanya. Namun, sulitnya mencari bahan baku anyaman dari pohon
bambu dan pandan, justru melahirkan ide brilian bagi pria bernama
lengkap Slamet Riyadi ini, untuk menggunakan sampah dan limbah sebagai
bahan bakunya.
Mengapa Harus Sampah???
“Jangan pernah menganggap remeh yang namanya sampah. Meskipun baunya
sangat menyengat dan terkesan menjijikan, namun jika Anda cukup ulet dan
kreatif, tumpukan sampah bisa disulap menjadi tumpukan uang yang
berkah”.
Mungkin sebagian besar dari kita masih banyak yang beranggapan bahwa
benda yang terbuat dari bahan baku limbah atau sampah belum memiliki
nilai dan daya jual tinggi. Namun begitu banyak manfaat yang lebih besar
dari pemberdayaan dan daur ulang sampah di sekitar kita yang dapat kita
manfaatkan.
Selain menjaga kelestarian alam dan ikut serta dalam menjaga kebersihan
lingkungan, dengan modal kemauan serta kreatifitas yang tinggi, ternyata
sampah atau limbah bisa disulap oleh Slamet Riyadi menjadi sebuah karya
kerajinan bernilai seni tinggi, serta dapat menghasilkan uang dan
menciptakan sebuah lapangan pekerjaan.
Pusat Kerajinan LUMINTU
Pusat kerajinan berbahan baku limbah dan sampah yang dikelola oleh
Slamet Riyadi ini, beralamat di daerah Tangerang, tepatnya di jalan KH.
Hasyim Asyari, Gang Kemuning yang berada di Kelurahan Pinang, Kecamatan
Cileduk.
Sentra UKM ini menggunakan sampah dan limbah sebagai bahan baku dari
semua produk kerajinannya. Limbah Rumah Tangga, Hotel, Pabrik, serta
pembungkus bahan minuman dan makanan seperti botol minuman mineral,
bungkus atau kemasan odol, cokelat bisa didaur ulang menjadi benda yang
fungsional serta bernilai jual seperti barang-barang dekoratif, aneka
macam model tas, anyaman tikar, taplak meja, syal dan pembungkus telpon
seluler.
“Dari semua sampah dan limbah sebagai bahan baku barang-barang kerajinan
yang kami kelola, limbah plastik PVC beralumunium voil adalah jenis
bahan baku yang sering kami gunakan, karena bahan baku ini sudah
terbukti sangat awet, bahkan bisa bertahan dari kerusakan sampai ratusan
tahun lamanya”, tambah Slamet Riyadi meyakinkan.
Asal Mula LUMINTU
Melihat banyaknya sampah plastik yang berserakan dimana-mana, tanpa ada
yang mengolah dan tentu saja bisa merusak lingkungan, maka Slamet
berpikir bagaimana agar sampah plastik ini tidak terbuang begitu saja.
Mulailah dia membuat produk berbahan baku plastik bekas tersebut menjadi
aneka jenis produk kerajinan yang awal mulanya hanya berfungsi sebagai
penghias rumah.
“Saya yakin sampah-sampah ini bisa dimanfaatkan”, pikirnya kala itu.
Dengan bermodalkan kemauan serta kreatifitas seni yang telah tumbuh di
jiwanya, benar saja ternyata limbah-limbah tersebut sekarang dapat ia
sulap menjadi sesuatu yang dapat menghasilkan uang.
Dengan mengajak warga sekitar tempat tinggalnya yang saat itu sudah
mandiri, Slamet memulai usahanya. Slamet memberi nama usahanya tersebut
dengan nama LUMINTU yang merupakan kepanjangan dari “Lumayan
Itung-itung Nunggu Tutupnya Umur”. Kata “Lumintu” sendiri dalam bahasa
Jawa memiliki (arti Lumintis; berkesinambungan dan bahasa Sunda Buhun
yang memiliki arti; bersyukur). Dari kedua nama yang memiliki arti baik
tersebut, Lumintu memiliki pesan yang sangat baik bahwa usaha apapun
yang dijalani apabila disyukuri, maka usaha tersebut akan
berkesinambungan.
“Saya beri nama seperti ini karena pada awal pendiriannya, yang
mengerjakan kerajinan ini adalah orang-orang yang berusia lanjut alias
orang-orang yang mau tutup usia”, kilah pria paruh baya ini
mengungkapkan.
Saat ini di gang kemuning terdapat banyak pengrajin atau sekitar 40%
dari jumlah warga yang bermukim di tempat tersebut menjadikan sampah dan
limbah plastik sebagai sumber pendapatan. Dengan adanya kerajinan ini,
maka banyak pengrajin lansia yang sebelumnya bekerja membuat tikar
dengan bahan baku pandan (yang saat ini bahan bakunya sangat sulit
dicari), beralih ke kerajinan limbah tersebut.
Harga hasil kerajinan yang ditawarkan di sentra UKM LUMINTU ini
merupakan harga kulakan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga
produk sejenis yang dijual di toko maupun di pusat perbelanjaan.
Kendala Bahan Baku
Kerajinan hasil daur ulang sampah dan limbah “Lumintu” ini, hampir
keseluruhan menggunakan bahan baku plastik. Bahan baku-bahan baku
tersebut dapat diperoleh langsung atau diambil dari pengepul, berupa
botol air mineral, kemasan minuman energi, kemasan odol, kemasan shampoo
dan kemasan produk lainnya. Selain itu, sentra UKM Lumintu juga
memanfaatkan limbah plastik hasil daur ulang yang berasal dari pabrik.
Perburuan dan usaha rongsokan yang mewabah dimana-mana akan limbah rumah
tangga, hotel, perkantoran ataupun pabrik, mengakibatkan bahan baku
menjadi langka. Apabila permintaan barang kerajinan sedikit maka sedotan
atau bahan bakunya bisa diperoleh dengan memanfaatkan sedotan dari jasa
pemulung. Tetapi ketika permintaan barang kerajinan membengkak, maka
sedotan harus di beli di pasar-pasar dan tempat-tempat yang menjual
bahan baku plastik bekas, seperti Cikarang, Karawang dan Cilacap.
Kendala Lainnya
Masalah promosi dan pemasaran sudah menjadi masalah lumrah yang sedari
dulu dihadapi oleh para pengrajin, termasuk apa yang di alami oleh UKM
Lumintu. Biasanya mereka menjual produknya melalui pameran yang diadakan
oleh perusahaan-perusahaan dan juga bila ada kunjungan dari luar daerah
yang ingin melihat langsung proses daur ulang plastik.
Produk Yang Membanggakan
Produk kerajinan daur ulang limbah “Lumintu” pun sudah mendunia. Bukan
hanya dikenal oleh konsumen domestik, melainkan sudah banyak negara dari
berbagai belahan dunia yang mengenal produk bapak Slamet Riyadi ini, di
antaranya Brunei Darussalam, Malaysia, Nigeria, Belanda, Italia,
Norwegia, Vatikan, Australia, Jerman dan Kanada. Sedangkan untuk kawasan
domestiknya sudah merambah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Kalimantan. |
|
|