Selasa, 01 April 2014

LUMINTU - Menyulap Sampah Menjadi Berkah…



 Reblog From KOAPGI - 01-12-2012
Berawal dari keinginan dan tujuan mulianya untuk menghidupkan kembali kerajinan anyaman di kota Tangerang yang hampir punah, pria ramah kelahiran “kota Udang” Cirebon inipun memulai usahanya. Namun, sulitnya mencari bahan baku anyaman dari pohon bambu dan pandan, justru melahirkan ide brilian bagi pria bernama lengkap Slamet Riyadi ini, untuk menggunakan sampah dan limbah sebagai bahan bakunya.

Mengapa Harus Sampah???

“Jangan pernah menganggap remeh yang namanya sampah. Meskipun baunya sangat menyengat dan terkesan menjijikan, namun jika Anda cukup ulet dan kreatif, tumpukan sampah bisa disulap menjadi tumpukan uang yang berkah”.

Mungkin sebagian besar dari kita masih banyak yang beranggapan bahwa benda yang terbuat dari bahan baku limbah atau sampah belum memiliki nilai dan daya jual tinggi. Namun begitu banyak manfaat yang lebih besar dari pemberdayaan dan daur ulang sampah di sekitar kita yang dapat kita manfaatkan.

Selain menjaga kelestarian alam dan ikut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan, dengan modal kemauan serta kreatifitas yang tinggi, ternyata sampah atau limbah bisa disulap oleh Slamet Riyadi menjadi sebuah karya kerajinan bernilai seni tinggi, serta dapat menghasilkan uang dan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan.

Pusat Kerajinan LUMINTU

Pusat kerajinan berbahan baku limbah dan sampah yang dikelola oleh Slamet Riyadi ini, beralamat di daerah Tangerang, tepatnya di jalan KH. Hasyim Asyari, Gang Kemuning yang berada di Kelurahan Pinang, Kecamatan Cileduk.

Sentra UKM ini menggunakan sampah dan limbah sebagai bahan baku dari semua produk kerajinannya. Limbah Rumah Tangga, Hotel, Pabrik, serta pembungkus bahan minuman dan makanan seperti botol minuman mineral, bungkus atau kemasan odol, cokelat bisa didaur ulang menjadi benda yang fungsional serta bernilai jual seperti barang-barang dekoratif, aneka macam model tas, anyaman tikar, taplak meja, syal dan pembungkus telpon seluler.

“Dari semua sampah dan limbah sebagai bahan baku barang-barang kerajinan yang kami kelola, limbah plastik PVC beralumunium voil adalah jenis bahan baku yang sering kami gunakan, karena bahan baku ini sudah terbukti sangat awet, bahkan bisa bertahan dari kerusakan sampai ratusan tahun lamanya”, tambah Slamet Riyadi meyakinkan.

Asal Mula LUMINTU

Melihat banyaknya sampah plastik yang berserakan dimana-mana, tanpa ada yang mengolah dan tentu saja bisa merusak lingkungan, maka Slamet berpikir bagaimana agar sampah plastik ini tidak terbuang begitu saja. Mulailah dia membuat produk berbahan baku plastik bekas tersebut menjadi aneka jenis produk kerajinan yang awal mulanya hanya berfungsi sebagai penghias rumah.

“Saya yakin sampah-sampah ini bisa dimanfaatkan”, pikirnya kala itu. Dengan bermodalkan kemauan serta kreatifitas seni yang telah tumbuh di jiwanya, benar saja ternyata limbah-limbah tersebut sekarang dapat ia sulap menjadi sesuatu yang dapat menghasilkan uang.

Dengan mengajak warga sekitar tempat tinggalnya yang saat itu sudah mandiri, Slamet memulai usahanya. Slamet memberi nama usahanya tersebut dengan nama LUMINTU yang merupakan kepanjangan dari “Lumayan Itung-itung Nunggu Tutupnya Umur”. Kata “Lumintu” sendiri dalam bahasa Jawa memiliki (arti Lumintis; berkesinambungan dan bahasa Sunda Buhun yang memiliki arti; bersyukur). Dari kedua nama yang memiliki arti baik tersebut, Lumintu memiliki pesan yang sangat baik bahwa usaha apapun yang dijalani apabila disyukuri, maka usaha tersebut akan berkesinambungan.

“Saya beri nama seperti ini karena pada awal pendiriannya, yang mengerjakan kerajinan ini adalah orang-orang yang berusia lanjut alias orang-orang yang mau tutup usia”, kilah pria paruh baya ini mengungkapkan.

Saat ini di gang kemuning terdapat banyak pengrajin atau sekitar 40% dari jumlah warga yang bermukim di tempat tersebut menjadikan sampah dan limbah plastik sebagai sumber pendapatan. Dengan adanya kerajinan ini, maka banyak pengrajin lansia yang sebelumnya bekerja membuat tikar dengan bahan baku pandan (yang saat ini bahan bakunya sangat sulit dicari), beralih ke kerajinan limbah tersebut.

Harga hasil kerajinan yang ditawarkan di sentra UKM LUMINTU ini merupakan harga kulakan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga produk sejenis yang dijual di toko maupun di pusat perbelanjaan.

Kendala Bahan Baku

Kerajinan hasil daur ulang sampah dan limbah “Lumintu” ini, hampir keseluruhan menggunakan bahan baku plastik. Bahan baku-bahan baku tersebut dapat diperoleh langsung atau diambil dari pengepul, berupa botol air mineral, kemasan minuman energi, kemasan odol, kemasan shampoo dan kemasan produk lainnya. Selain itu, sentra UKM Lumintu juga memanfaatkan limbah plastik hasil daur ulang yang berasal dari pabrik.

Perburuan dan usaha rongsokan yang mewabah dimana-mana akan limbah rumah tangga, hotel, perkantoran ataupun pabrik, mengakibatkan bahan baku menjadi langka. Apabila permintaan barang kerajinan sedikit maka sedotan atau bahan bakunya bisa diperoleh dengan memanfaatkan sedotan dari jasa pemulung. Tetapi ketika permintaan barang kerajinan membengkak, maka sedotan harus di beli di pasar-pasar dan tempat-tempat yang menjual bahan baku plastik bekas, seperti Cikarang, Karawang dan Cilacap.

Kendala Lainnya

Masalah promosi dan pemasaran sudah menjadi masalah lumrah yang sedari dulu dihadapi oleh para pengrajin, termasuk apa yang di alami oleh UKM Lumintu. Biasanya mereka menjual produknya melalui pameran yang diadakan oleh perusahaan-perusahaan dan juga bila ada kunjungan dari luar daerah yang ingin melihat langsung proses daur ulang plastik.

Produk Yang Membanggakan

Produk kerajinan daur ulang limbah “Lumintu” pun sudah mendunia. Bukan hanya dikenal oleh konsumen domestik, melainkan sudah banyak negara dari berbagai belahan dunia yang mengenal produk bapak Slamet Riyadi ini, di antaranya Brunei Darussalam, Malaysia, Nigeria, Belanda, Italia, Norwegia, Vatikan, Australia, Jerman dan Kanada. Sedangkan untuk kawasan domestiknya sudah merambah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Kalimantan.